blogwanant
Minggu, 06 Oktober 2019
Jumat, 19 Juli 2019
Sabtu, 30 Januari 2016
Summarizing of Roles as Interactive Teacher by “Teaching by Principle”
Roles as
Interactive Teacher by “Teaching by Principle”
Teacher can
play many roles in the course of teaching.
A
role that is sometimes expected in traditional educational institutions in that
of “master” controller, always in change in every moment in the classroom.
■ The teacher
as a director
Some
interactive classroom time can legitimately be structured in such a way that
the teacher is like a conductor of an orchestra as a director of a drama.
■ The teacher
as a manager
This
metaphor captures your rule as one who plant lessons and modules and courses,
one who structures the larges, longer segment of classroom time, but who than
allows each individual player to be creative within those parameters.
■ The teacher
as a facilitator
The
facilitating roles requires that you step away from the managerial or directive
role and allow student. Whit your guidance and gentle prodding here and there
to find their own pathways to success.
■ The teacher
as a resource
The
implication of resource role is that the student takes the initiative to come
to you, you are “there” for advice and counsel than the student seek it.
As
an interactive teacher, we should be able to assume all five of the above roles
on the continuum of directive to non-directive teaching.
Minggu, 10 Januari 2016
5 (Lima) Perkara yang Dapat Meningkatkan Iman Seseorang
5 (Lima) Perkara yang Dapat Meningkatkan
Iman Seseorang
Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri seorang hamba
itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang atau bahkan hilang tanpa bekas dari
diri seseorang. Al-Imam Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i rahimahullah pernah
ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah. Beliau menjawab: “Betul (bertambah), sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi:
“Apakah bisa berkurang?” Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”
Demikian pula Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahmad bin
Hambal rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan
berkurang? Beliau menjawab: “Iman bertambah sampai
puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh.” Beliau
juga menyatakan: “Iman itu (terdiri atas) ucapan dan amalan, bisa bertambah dan
berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan, maka iman akan bertambah, dan
apabila engkau menyia-nyiakannya, maka iman pun akan berkurang.“
Nah, inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu, yakni
meyakini bahwa sesungguhnya iman seseorang itu bisa bertambah dan bisa pula
berkurang. Setelah kita tahu bahwa ternyata iman itu bisa bertambah dan bisa
berkurang, lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin untuk menjaga
kualitas imannya? Al Imam Allamah Abdurrahman bin Nashr As Sa’di rahimahullah
mengatakan: “Seorang mukmin yang diberi taufiq oleh
Allah Ta’ala, dia senantiasa berusaha melakukan dua hal: Pertama, memurnikan
keimanan dan cabang-cabangnya, dengan cara mengilmui dan mengamalkannya. Kedua,
berusaha untuk menolak atau membentengi diri dari bentuk-bentuk ujian (cobaan)
yang tampak maupun tersembunyi yang dapat menafikannya (menghilangkannya), membatalkannya
atau mengikis keimanannya itu.” (At Taudhih wal Bayan lisy Syajarotil
Iman, hal 38).
Saudaraku muslimin, ketahuilah! Ada beberapa amalan
yang insya Allah akan dapat menyebabkan
bertambahnya iman seseorang, di antaranya adalah:
Pertama: Membaca dan tadabbur (merenungkan atau memikirkan isi
kandungan) Al Quranul Karim. Orang yang membaca,
mentadabburi dan memperhatikan isi kandungan Al Quran akan mendapatkan ilmu dan
pengetahuan yang menjadikan imannya kuat dan bertambah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang
orang-orang mukmin yang berbuat demikian: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah iman bereka, dan kepada Rabb mereka
itulah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal [8]: 2)
Al Imam Al Ajurri rahimahullah berkata: “Barangsiapa mentadabburi Al Quran, dia akan mengenal Rabb-nya Azza wa Jalla
dan mengetahui keagungan, kekuasaan dan qudrah-Nya serta ibadah yang diwajibkan
atasnya. Maka dia senantiasa melakukan setiap kewajiban dan menjauhi segala
sesuatu yang tidak disukai maulanya (yakni Allah Ta’ala).“
Kedua: Mengenal Al Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang terdapat
dalam Al Quran dan As Sunnah yang menunjukkan kesempurnaan Allah secara mutlak
dari berbagai segi. Bila seorang hamba mengenal Rabbnya
dengan pengetahuan yang hakiki, kemudian selamat dari jalan orang-orang yang
menyimpang, sungguh ia telah diberi taufiq dalam mendapatkan tambahan iman. Karena
seorang hamba bila mengenal Allah dengan jalan yang benar, dia termasuk orang
yang paling kuat imannya dan ketaatannya, kuat takutnya dan muroqobahnya kepada
Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya adalah
ulama.” (QS. Fathir [35]: 28). Al Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Sesungguhnya hamba yang benar-benar takut kepada Allah adalah ulama yang
mengenal Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/533).
Ketiga: Memperhatikan siroh atau perjalanan hidup Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, yakni dengan mengamati, memperhatikan
dan mempelajari siroh beliau dan sifat-sifatnya yang baik serta perangainya
yang mulia.
Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: “Dari sini kalian mengetahui sangat pentingnya hamba untuk mengenal Rasul
dan apa yang dibawanya, dan membenarkan pada apa yang beliau kabarkan serta
mentaati apa yang beliau perintahkan. Karena tidak ada jalan kebahagiaan dan
keberuntungan di dunia dan di akhirat kecuali dengan tuntunannya. Tidak ada jalan
untuk mengetahui baik dan buruk secara mendetail
kecuali darinya.Maka kalau seseorang memperhatikan sifat dan akhlak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al Quran dan Al Hadits, niscaya
dia akan mendapatkan manfaat dengannya, yakni ketaatannya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi kuat, dan bertambah cintanya kepada
beliau. Itu adalah tanda bertambahnya keimanan yang mewariskan mutaba’ah dan
amalan sholih.”
Keempat: Mempraktekkan (mengamalkan) kebaikan-kebaikan agama Islam. Ketahuilah,
sesungguhnya ajaran Islam itu semuanya baik, paling benar aqidahnya, paling
terpuji akhlaknya, paling adil hukum-hukumnya. Dari pandangan inilah Allah
menghiasi keimanan di hati seorang hamba dan membuatnya cinta kepada keimanan,
sebagaimana Allah memenuhi cinta-Nya kepada pilihan-Nya, yakni Nabiyullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat QS. Al Hujurat [49]: 7)
Maka iman di hati seorang hamba adalah sesuatu yang
sangat dicintai dan yang paling indah. Oleh karena itu seorang hamba akan
merasakan manisnya iman yang ada di hatinya, sehingga dia akan menghiasi
hatinya dengan pokok-pokok dan hakikat-hakikat keimanan, dan menghiasi anggota
badannya dengan amal-amal nyata (amal sholih). (At Taudhih wal Bayan, hal
32-33)
Kelima: Membaca siroh atau perjalanan hidup Salafush Shalih. Yang dimaksud
Salafush Shalih di sini adalah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan orang-orangyang mengikuti mereka dengan baik (lihat QS. At Taubah
[9]: 100). Barangsiapa membaca dan
memperhatikan perjalanan hidup mereka, akan mengetahui kebaikan-kebaikan
mereka, akhlak-akhlak yang agung, ittiba’ mereka kepada Allah, perhatian mereka
kepada iman, rasa takut mereka dari dosa, kemaksiatan, riya’ dan nifaq, juga
ketaatan mereka dan bersegera dalam kebaikan, kekuatan iman mereka dan kuatnya
ibadah mereka kepada Allah dan sebagainya.
Dengan memperhatikan keadaan mereka, maka iman menjadi
kuat dan timbul keinginan untuk menyerupai mereka dalam segala hal. Sebagaimana
ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Barangsiapa lebih serupa dengan mereka (para shahabat Rasulullah), maka dia
lebih sempurna imannya.” (lihat Kitab Al Ubudiyah, hal 94). Dan tentunya, barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia
termasuk golongan mereka.
Itulah beberapa amalan yang insya Allah akan dapat
menyebabkan bertambahnya keimanan. Adapun hal-hal yang dapat melemahkan iman
seseorang adalah sebaliknya, di antaranya:Kebodohan terhadap syari’at Islam, lalai, lupa dan berpaling dari ketaatan,
melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar, mengikuti hawa nafsu dan sebagainya.
Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang
senantiasa diberi tambahan iman, dan dijauhkan dari kelemahan dan kehinaan.
Wallahul musta’an.
Dikutip dari salafy.or.id offline Dinukil dan
disarikan dari Majalah Salafy, edisi XVIII/Shafar/1418 oleh Abu Abdillah Ibnu
Zuhri Judul: Iman bisa meningkat dan bisa turun
Baca risalah terkait ini:
1.AKANKAH AMALKU DITERIMA?
2.22 Perkara Yang Membatalkan Amalan Seseorang
3.Keutamaan Al Qur’an
4.Al-Qur`an Obat Segala Penyakit
5. Membaca Perjalanan (siroh) Ulama Ahlus Sunnah
1.AKANKAH AMALKU DITERIMA?
2.22 Perkara Yang Membatalkan Amalan Seseorang
3.Keutamaan Al Qur’an
4.Al-Qur`an Obat Segala Penyakit
5. Membaca Perjalanan (siroh) Ulama Ahlus Sunnah
Langganan:
Postingan (Atom)